The latest Detective Conan Movie was aired in Japan on April 2016, and finally last month (August 2016) it reached Indonesian audience. I watched it on early September, and the movie left a deep impact on me. So, I am going to portray my thought in this review.. but, (unlike my other anime reviews) I'll use Bahasa instead of English since the review will contain a lot of informal languages here and there.
First of all, I should tell you that I'm not a movie goers.
Film terakhir yang saya tonton di bioskop (sebelum DCM 20) adalah
Sherlock Holmes: A Game of Shadow (2011), barengan sama Mr. Engineer. Sebelumnya lagi, film layar lebar yang saya tonton adalah Sang Pemimpi (2009), barengan sama temen-temen lab. Sebelumnya lagi...
Udah, cukup segitu aja
flashbacknya.
Intinya: untuk ukuran orang yang jarang ke bioskop kayak saya, terus tiba-tiba sengaja bela-belain nonton
walaupun nggak ada yang bisa nemenin.. film DCM 20 ini pastilah film yang saya tunggu-tunggu. Dengan ekspektasi awal yang sudah tinggi, syukurlah filmnya tidak mengecewakan.
Cuss, mari kita bahas filmnya.
Ada spoiler dikit ya, tapi ndak mayor kok.
Film dibuka dengan adegan seorang wanita (kemudian diketahui kalau dia adalah anggota
Black Organization dengan
codename Curacao) yang menyusup ke markas kepolisian untuk mencuri berkas NOC (
Non Official Cover, alias mata-mata). Di tengah aksinya, Curacao ke-
gap oleh
PSB
(Public Security Bureau), di sini tentunya Amuro Tooru alias Furuya Rei alias Bourbon (terlalu banyak aliasnya -_-) ikut beraksi. Terjadi kejar-kejaran antara Curacao dengan PSB, yang kemudian diinterferensi oleh Akai Shuichi. Walaupun target mereka sama-sama menangkap Curacao, tapi Amuro nggak mau kalah sama Akai. Ujung-ujungnya sih, Curacao lolos dan meninggalkan kerusakan besar di
highway.